Minggu, 12 April 2009

Bumi Ini berharga

Bumi Ini berharga
Bagaimana Tuan dapat membeli atau menjual
Langit dan kehangatan tanah?
Gagasan ini aneh bagi kami
Kalau kami tidak memiliki udara yang segar
Dan air yang bergemericik
Bagaimana Tuan dapat membelinya?

Tahun 1854,"Pemimpin Besar Orang Kulit Putih" yang berkedudukan di Washington menyatakan keinginannya untuk membeli tanah milik orang Indian yang luas dan berjanji akan memberi mereka "tanah perlindungan". Jawaban Kepala Suku Seattle berikut dianggap sebagai pernyataan mengenai lingkungan hidup paling indah yang pernah dibuat.

Minggu, 29 Maret 2009

Earth Hour

Kampanye global untuk menekan pemanasan global akan dilakukan dalam bentuk gerakan mematikan lampu sejagat. Tahun ini, kampanye yang diberi nama Earth Hour 2009 ini akan dilakukan serentak Sabtu 28 Maret.
Seluruh penduduk dunia diimbau untuk mematikan lampu di rumahdari pukul 20.30 hingga 21.30. Pastikan semua alat elektronik yang tidak terpakai dalam kondisi power off bukan stand by.
WWF Indonesia memperkirakan, jika mematikan lampu satu jam, cukup untuk mengistirahatkan kebutuhan listrik sebesar 300 MW. Ini juga akan mengurangi beban biaya listrik sekitar Rp 200 juta dan mengurangi emisi karbon dioksida sekitar 284 ton.


Setiap orang bisa membuat perubahan !. Jangan tunggu orang lain memulai, lakukan apa yang bisa Anda lakukan sekarang juga! Hari ini, serentak di seluruh dunia, 35 negara, 26 kota besar, 370 kota dan lebih dari 10 juta orang bergerak dalam satu keselarasan.


Earth Hour 2009

Earth Hour 2009 diadakan pukul 8:30-9:30 tanggal 28 Maret 2009. Saat ini, 80 negara dan 750 kota 'bergabung dengan Earth Hour 2009', sebuah peningkatan drastis dari orang-orang yang berpartisipasi di 35 negara untuk Earth Hour 2008. 1 milyar 'suara' adalah tujuan utama untuk Earth Hour 2009, dalam konteks menjelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2009.


VOTE FOR EARTH HOUR!

Pilih bumi selamat atau bumi sekarat?

Ini saatnya Kita sebagai individu memilih:
ikut aksi solidaritas global Earth Hour
Sabtu, 28 Maret 2009, jam 20.30-21.30

Matikan LAMPU 1 jam, saya, Anda, kita, bisa mengubah dunia!




lampu padam 1 jam
= 300MW (cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan menyalakan 900 desa)

= mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp 200 juta

= mengurangi emisi CO2 sekitar 284 Ton CO2

= menyelamatkan lebih dari 284 pohon

= menghasilkan udara bersih untuk lebih dari 568 orang.

1 orang, 1 lampu (minimal), 1 jam, 1 hari, 1 bumi!



Earth Hour merupakan kampanye perubahan iklim global. Individu, pelaku bisnis, pemerintah dari berbagai negara di semua belahan dunia akan mematikan lampu selama satu jam sebagai pernyataan dukungan upaya penanggulangan perubahan iklim pada Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 20.30 - 21.30 (waktu setempat).

Jumat, 13 Maret 2009

Hari Bumi

Hari Bumi dan penyadaran lingkungan

Dalam surat kabar New York Times Januari 1970 dituliskan Hari Bumi merupakan komitmen untuk membuat /menjadikan kehidupan lebih baik, tidak hanya lebih besar dan cepat juga merupakan langkah nyata bukan solusi retorika belaka. Ini merupakan hari untuk menguji kembali etika /tata susila kemajuan individu pada nilai – nilai kemanusiaan. Ini merupakan hari untuk menantang pimpinan –pimpinan hukum pemerintah yang berjanji mengubah program- program yang perlu perubahan jangka pendek. Hari ini merupakan hari untuk merubah hari esok, 22 april mencari kehidupan masa depan yaitu 22 april untuk menentukan hari esok.

Hari bumi berawal dari keprihatinan seorang senator Gerlofd Nelson yang prihatin melihat kondisi lingkungan yang tidak menentu akibat pembangunan yang dilakukan pemerintah Amerika pada waktu itu. Hal ini menggerakan ia untuk bangkit memasukan isu lingkungan dalam kurikulum pendidikan serta kebijakan – kebijakan pembangunan untuk memperhatikan lingkungan. Perjalanan yang panjang ini sejak tahun 1960 memuncak tahun 1970, diperkirakan sekitar 120.000.000 orang berpartisipasi dalam kegiatan hari bumi. Hari bumi pun menjadi sebuah kenyataan untuk menyampaikan pesan kepada politikus – politikus yaitu pesan kepada manusia untuk bangkit dan melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan kebijakan politik

Pecinta alam dan gerakan lingkungan

Isu gerakan lingkungan dalam tubuh pecinta alam baik itu Mapala (mahasiswa pecinta alam), Sispala (siswa pecinta alam), atau organisasi pecinta alam umum lainnya belum memperlihatkan sebuah sinergi geeakan lingkungan yang dinamis. Saat ini lebih banyak pada kegiatan – kegiatan alam terbuka seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan beragam kegiatan lainnya yang lebih memperlihatkan corak penggiat alam terbuka.

Sebetulnya pergeseran dalam pola dan gerak pecinta alam ini dirasakan jauh hari karena pecinta alam semata – mata hanya organisasi Hedon yang selalu dicitrakan dengan kegiatan kegiatan petualangan seperti penaklukan gunung, sungai tebing serta sikap hidup yang penuh dengan kebebasan, ini dicitrakan pula dengan style yang penuh aksesoris seperti karabiner, tali prusik ditangannya dan rambut yang sengaja di biarkan panjang.

Namun lepas dari kesan yang dicitrakan pada pecinta alam ada pula pergesesran makna dalam pola gerakannya, ada perbedaan dalam definisi pecinta alam dan penggiat alam terbuka walau dalam tataran yang nyata keduanya sulit dibedakan mana yang pecinta alam dan mana yang penggiat alam. Dalam Republika (25/02/2004) dinyatakan bahwa degradasi kultura dalam tubuh pecinta alam memang bukan tanpa alasan semasa orde baru arah pecinta alam diarahkan untuk tidak mengikuti pola dan gerak serta taktik Green Peace atau the German Green yang selalu mengkritisi setiap kebijakan pemerintahan yang tidak ramah lingkungan terlebih merusak lingkungan.

Dalam konteks gerakan lingkungan pecinta alam sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting terutama untuk pembinaan dan usaha menumbuhkembangkan generasi yang peduli lingkungan serta tangguh dalam setiap kondisi alam, hal ini bias dipupuk dalam kegiatan pendidikan dasar pecinta alam. George Junus Aditjondro dalam bukunya Pola-Pola Gerakan Lingkungan mengatakan, terdapat tiga komponen gerakan lingkungan yaitu pertama, ‘aktivis lingkungan publik’ yaitu orang yang concerned untuk memperbaiki kondisi lingkungan disekitar mereka. Kedua, ‘aktifis lingkungan terorganisir atau sukarela yaitu organisasi seperti Sierra Club atau Enviromental Defense Fund di Amerika Serikat atau WALHI dan SKEPHI di Indonesia. Ketiga, organisasi lingkungan institusional yaitu birokrasi publik ynag menangani yurisdiksi terhadap kebijakan sosial lingkungan atau yang terkait dengan lingkungan seperti kantor menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup.

Dari ketiga komponen ini organisasi pecinta alam (Mapala, Sispala atau organisasi PA umum) berada dalam organisasi lingkungan yang terorganisir dan bersifat sukarela, dilihat dari status keorganisasiannya, keberadaannya, pola gerakannya dan penerimaan anggotanya yang sukarela.

Pecinta alam sebagai organisasi yang bergerak dalam dunia lingkungan dan alam pada hakikatnya berada dalam gerakan enviromentalisme (wawasan lingkungan) yang dalam pengertian lebih luas lagi adalah suatu faham yang menempatkan lingkungan hidup sebagai pola dan gerakannya. Gerakan enviromentalisme mungkin bagi sebagian pihak terasa asing karena enviromentalisme pernah dianggap sebagai gerakan yang membahayakan pemerintahan pada waktu itu (orde baru) karena kebijakan yang dibuat pemerintahan pada saat itu berkaitan dengan ekploitasi hutan serta pemberian HPH untuk segelintir orang.

Dalam literatur sosiologi istilah enviromentalisme atau gerakan lingkungan hidup digunakan dalam tiga pengertian yaitu, pertama sebagai penggambaran perkembangan tingkah laku kolektif (Collective Behavior), kedua, sebagai jaringan konflik – konflik dan interaksi politis di seputar isu – isu lingkungan dan isu – isu lain yang terkait. Ketiga sebagai perwujudan dari perubahan opini publik dan nilai – nilai yang menyangkut lingkungan.

Pemahaman mengenai tiga watak organisasi lingkungan tersebut diperlukan untuk menempatkan studi enviromentalisme dalam perspektif yang lebih luas.karena, pertama dapat menunjukan perbedaan tiga struktur penting dalam enviromentalisme – yaitu, hubungan antara keunggulan atau subordinasi yang terdapat dalam komponen – komponennya. Kedua, taktik dan ideologi enviromentalisme yang terorganisasi bisa dilihat sebagai produk interaksi antara komposisi kelas dan kepentingan dari aktivis lingkungan yang terorganisasi di satu pihak, dan struktur kekuasaan pemerintah dilain pihak.

Akar gerakan lingkungan dalam pecinta alam sebagai organisasi sukarela dengan pembinaan yang ketat bagi anggota barunya dapat menumbuhkan sikap yang kritis dari setiap anggota anggotanya. Dampak pendidikan dasar dari kelompok – kelompok pecinta alam ini hanya terbatas pada anggotanya sendiri, sementara perubahan kearah kepedulian yang lebih radikal terhadap lingkungan belum menyentuh kemasyarakat luas walaupun banyak LSM /ORNOP yang berperan di dalamnya tapi tidak jarang juga pecinta alam yang terjun langsung memberikan penyadaran lingkungan seperti yang dilakukan akhir – akhir ini di Taman Nasional Gede Pangrango, pecinta alam dilibatkan langsung untuk melakukan kampanye lingkungan kepada semua pendaki gunung tersebut.

Masalah –masalah lingkungan hidup seringkali tidak menjadi prioritas yang tinggi dan seringkali menjadi sub agenda yang pada akhirnya larut dan tenggelam dalam tema – tema kampanye yang lebih luas dan abstrak. Isu – isu lingkungan yang masuk dalam mainstream pecinta alam lebih banyak pada hal- hal yang sifatnya temporer dan terkesan reaksioner seperti bencana alam, kecelakaan dihutan atau perusakan hutan oleh kegiatan off road tetapi belum sampai pada akar masalah lingkungan yang terjadi pada saat ini, dampak dari kegiatan yang temporer ini hanya akan melahirkan kebencian pada mereka yang melakukan perusakan lingkungan tanpa melihat siapa sesunggguhnya yang melakukan dan membuat tekanan sehingga semua bencana itu terjadi.

Penutup

Hari bumi bagaikan sebuah percikan awal gerakan lingkungan yang tidak saja mempengaruhi masalah sosial tapi juga kebijakan pemerintah dalam upaya pembangunan. Banyaknya isu lingkungan yang muncul di masyarakat tetapi belum ada tindakan yang lebih konkrit dan saksi semua pihak kepada sumber yang merusak lingkungan menunjukan masih lemahnya kesadaran masyarakat serta peraturan pemerintah dalam hal lingkungan hidup untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.

Sinergi dalam gerakan lingkungan antara pecinta alam (Mapala, Sispala, organisasi PA umum) dengan ornop – ornop yang peduli lingkungan harus sudah menjadi agenda bersama karena permasalahan lingkungan adalah pemasalahan bersama yang membutuhkan kinerja, pemikiran dan konsep bersama untuk satu masalah lingkungan hidup.

Sudah saatnya revitalisasi gerakan sosial dan kelompok pecinta alam diwujudkan melalui gerakan lingkungan yang sinergi sehingga jalan panjang membangun gerakan lingkungan menuju gerakan sosial sedikit demi sedikit dapat dicapai. Wallahu’alam